Sabtu, 27 Oktober 2018

Menteri Agama Lukman Hakim Tutup Acara Pembinaan Pemimpin Organisasi dan Perguruan Tinggi Kristen


JAKARTA, Bertempat di gedung aula pertemuan Hotel Media Jakarta Utara, Mentri Agama  Lukman Hakim Saifuddin menutup acara pembinaan pemimpin organisasi kristen dan pemimpin perguruan tinggi keagamaan kristen negeri dan swasta seluruh, pada tanggal 26 Oktober 2018, 

Menteri Agama Menyampaikan dalam sambutannya,  Bisa bertemu tatap muka dan "curhat" dengan para pemimpin kristen dan pemimpin perguruan tinggi kristen seluruh indonesia, merupakan pertemuan sangat istimewa. Peranan sinergi antara pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama dengan induk organisasi gereja dan pemimpin pendidikan tinggi kristen diharapkan Dalam beberapa hari ini dapat melahirkan rumusan strategis sumbangsih dalam pencerahan dan bimbingan umat.

Adapun jadwal yang diawali pada tanggal 24 oktober 2018 dengan agenda curah pendapat di istana negara bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo.

Selanjutnya dalam penutupan Beliau menyampaikan 2 pesan yang sangat penting bagi kehidupan beragama di indonesia, hal itu sebagai berikut;

1. Sejak dini agama telah diajarkan secara baik dan terjadi pembiasaan yang positif. Tetapi hal-hal yang di ajarkan tersebut hanya masih dalam tataran sisi ritual, yang tidak menyentuh sisi subtansif, Yang menurut beliau hal ini belum bisa menyentuh makna sesungguhnya beragama yaitu menjadikan manusia yang Meningkatkan harkat kemanusian manusia pada taraf bsradab dan terus mengalami tingkat kemajuan. 
manusia yang hanya tersentuh pada sisi luar dapat sicontohkan, seorang yang mengaku beragama taat saleh dan beribadah tetapi dalam praktek sosialnya bisa sangat intoleransi, anti sosial yang sangat bertolak belakang dari inti ajaran agama. Bapak mentri menegaskan bahwa agama hanya menggarap sisi luar (eksoterais) yang seharusnya menggarap sisi dalam.

2. Dalam praktek beragama di Indonesia sesungguhnya tidak bisa mengesampingkan nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi toleransi, menjunjung tinggi kesadaran akan keberbedaan dan nilai-nilai kemanusiaan. Berindonesia artinya mewujudkan nilai-nilai agama, hakekatnya menjaga keIndonesiaan sebagai bangsa yang religius. Karena kesadaran akan orang beriman dan bernegara tidak bisa dipisahkan. Menurut beliau bahwa bernegara merupakan perwujudan mengamalkan apa yang di imani.

Mengakhiri pernyataan beliau sekali lagi dengan nada "wanti-wanti" () bahwa karena orang beragama mengamalkan nilai agama maka secara otomatis berdampak menjaga dan mengamalkan itu dalam persatuan dan kesatuan bingkai ke indonesiaan. 

Selanjutnya untuk mengakhiri acara dengan pemukulan Gong maka Pertemuan ini resmi di tutup (mbp-N yulianto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komjen Listyo Sigit Alumni Yang Peduli Guru Dengan Sekolahnya

Bhayangkara Perdana News Bali, JAKARTA --Wakil Kepala Humas SMAN 8 Yogyakarta Nunik Sri Ritasari mengungkap, sosok calon Kapolri Komjen List...