Sabtu, 18 Agustus 2018
OPINI: Pena Adalah Senjata Yang Mematikan Dan Dapat Menaklukan Dunia
Media Bhayangkara Perdana, Perjuangan yang Sulit Seorang Jurnalis Dalam Memberikan Informasi Sehingga Sampai ke Muka Publik. Pena Adalah Senjatanya Yang Mematikan dan Dapat Menaklukan Dunia.
Jurnal atau jurnallistik sangat akrab dengan wartawan, fotografi, majalah, majalah diding.Jurnal bermain dengan pena dalam dunianya. Sepintas peranan jurnal agak membayang di balik menarik dan hebohnya setiap berita dan seni-seni hasil karya para tangan dan otak kreatif seorang jurnalistik. Memang sepintas juga gambaran tentang jurnalistik adalah crew dari segala macam acara pengetahuan, berita, history dsb. Yang terbayang hanya seorang yang terlalu banyak mencari tahu tentang segala sesuatu, mebawa-bawa kamera, membawa note’s dan menuliskan berita, bahkan terkesan menyebalkan. Ada satu sisi yang mungkin tidak tersadarkan di mata masyarakat, satu peran yang tak tersadarkan dari seorang jurnalistik yaitu pahlawan di balik layar. Pahlawan identik kuat dengan perjuangan dan jasa bagi banyak orang atau suatu kejadian yang bersejarah dan terukir lalu dikenang. Pahlawan kemerdekaan dengan segala tumpah darahnya membela negara Indonesia hingga merdekanya. Guru pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang memepertahanka kualitas pendidikan bangsa pada pemuda-pemudi calon pemimpin di masa depan dari masa ke masa. Seorang polisi, tentara, dokter mereka semua adalah pahlawan yang terukir di setiap perjuangan mereka.Siapa yang mengukirnya di mata dunia? Publik pun dapat tahu dan membaca bagaimana detail perjuangan mereka lewat majalah, koran, Online dan televisi dengan ringkas dan dapat dijadikan suatu sejarah.. Disinilah mulai terasa tidaknya peran pahlawan di balik layar bagi para jurnalis yang telah membawa kisah-kisah dan gambar-gambar sejarah dengan perjuangan seorang jurnal untuk dikemukakan di muka publik. Kita semua bisa lihat banyak perjuangan seorang jurnal yang berjuang mendapatkan informasi penting bagi masyarakat mulai dari pengorbanan waktu,biaya,tenaga bahkan nyawa.
Melalui tulisan yang mendokumentasi setiap kejadian, terasakah itu semua bagi publik yang sudah dapat menikmati hasil jerih payah mereka yang biasanya hanya bertepuk tangan bangga dan memuji hanya dari tampak depannya saja tanpa bertepuk tangan bagi pejuang yang telah membuat dan mendapatkan hasil yang membanggakan dan bernilaiguna penting dari karya tulisnya yang berdasar fakta opini,tentunya butuh perjuangan yang sulit sehinga sampai di muka publik
Sadarkah saat setiap orang sedang menonton suatu berita di televisi, seperti cotohnya berita tentang “Amuk Masa yang Mendemo Depan Gerbang Gedung Pemerintah”, akankah bisa melihat secara detail saat pendemo mengamuk dengan melempar batu,membawa benda tajam bahkan senjata api, terfikirkah bagaimana proses pengambilan gambar pada saat tragedi itu terjadi sampai ke halayak. Betapa berbahayanya situasi di tengah amuk masa yang membabi buta dengan berbagai senjata berbahaya di tangan mereka. Tetapi siapakah yang turun tangan langsung ke tengah emosi yang tak terkendali tersebut ? Turun langsung tanpa membawa persenjataan ataupun pelatihan bela diri di tengah amuk masa hanya untuk memberikan suatu berita yang berguna bagi masyarakat ? Disinilah peran jurnalistik sebagai pahlawan. Jurnalistik yang merekam semua kejadian di tengah ketidakpuasan masyarakat pada pemimpinnya, jurnalistik yang berusaha menyampaikan langsung pada para pemimpin yang terduduk pada kursi mereka yang mendengar suara rakyatnyapun tidak sama sekali karena pengamanan dan tertutup oleh tembok dan deruh suara mesin penyejuk ruangan mereka sampai tak bisa mendengar suara rakyatnya di luar sana yang berteriak menyampaikan aspirasi mereka dengan panas terik matahari yang menimbulkan emosi dan kekerasan. Jurnalis turun ke tengah mereka, ikut merasakan, mengambil semua gambaran emosi mereka dan di sampaikan melalui televisi berita online,koran majalah dan lainnya berharap mereka yang terduduk itu dapat melihat langsung dan tergoyahkan hatinya. Terfikirkah betapa bahayanya pengambilan gambar di tengah amuk masa tersebut ? Terfikirkah betapa perjuangan jurnalistik untuk merangkum semuanya dengan berbagai teror dari pihak yang merasa dirugikan atas tindakannya ? Tidak. Padahal dengan adanya berita di majalah,koran,Online dan televisi dengan jerih payah jurnalistik dapat mengubah dunia bagi para pembaca ataupun pendengarnya, tapi itu hanya di balik layar. Seorang jurnalistik yang sesak hatinya saat melihat ada sesosok anak yang memiliki kemampuan tapi jauh dari dunia pendidikan yang memadai sering mengangkat kisah anak-anak kurang beruntung hingga mereka dapat bantuan. Contohnya seperti acara-acara yang membahas kisah anak negeri di pelosok-plosok nusantara. Jurnalistik akan ke sana mengikuti seputar perjalanan hidup mereka, merekam dan mencatat hingga sampai ke mata para dermawan yang dapat membantu. Terfikirkah bagaimana perjuangan untuk sampai ke pelosok wilayah yang sangat jauh dan tinggal bersama mereka berbagi cerita dan membantu hingga mereka dapat mendapatkan hak pendidikan ? Tidak. Pada saat suatu tragedi yang menghakimi keadilan seseorang di meja hijau, jurnalistik akan menayangkan kecurangan yang ada di balik semuanya hingga semua orang dapat menilai dan meihat sampai membantu. Terfikirkah betapa berbahayanya membela pihak yang benar dari pihak yang salah dan akan balas dendam ? Tidak. Tidak sedikit para jurnalis yang meninggal saat mereka sedang menjalankan tugas mereka. Ada yang tertembak di medan perang saat ingin memberikan informasi keadaan di sana, dan pulang tinggal nama. Ada yang di hakimi saat mengambil fakta yang seharusnya dibela. Ada yang dimasukkan ke dalam penjara karena berbagai tuduhan pelecehan nama baik. Ada yang sampai bertahun-tahun terpisah dari keluarganya untuk merangkum suatu berita ilmu pengetahuan dan banyak lagi. Itulah jasa jurnalis yang tidak begitu dirasakan banyak orang. Pertanyaan kecil, bayangkan dunia tanpa jurnalistik ! Mungkin banyak jurnalis yang nakal dengan tulisannya demi kedudukan dalam redaksi, karena di dimensi manapun akan selalu ada hitamdan putih, behati-hatilah, pena adalah senjata mematikan yang dapat menaklukan dunia sekalipun. Tulisan, sekedar goresan tinta dari ujung pena di atas secarik kertas, tapi setiap goresan apabila tidak sekedargoresan, sebuah tulisan dapat berupaekspresi, kreativitas, imajinasi, mungkintulisan memang hanya sekedar hitam diatasputih tapi bagi tulisan yang dibuat denganpenyampaian tersendiri, dapat lebihberwarna dari lukisan, dapat lebih bersuaradari musik, dapat hidup dan mengubah pola pikir seseorang.
Apa sebenarnya tulisan? Tulisan adalah mimpi,
Tulisan adalah harapan,tulisan adalah emosi, tulisan adalah cinta, tulisan adalah harta Banyak orang bertepuk tangan saat melihat ke depan layar tanpa menoleh ke balik layar. Tapi itulah jurnalistik yang akan selalu menjadi pahlawan di balik layar dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Cobalah untuk lebih menghargai tulisan-red.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komjen Listyo Sigit Alumni Yang Peduli Guru Dengan Sekolahnya
Bhayangkara Perdana News Bali, JAKARTA --Wakil Kepala Humas SMAN 8 Yogyakarta Nunik Sri Ritasari mengungkap, sosok calon Kapolri Komjen List...

-
MBP-NEWS GROBOGAN , Sungguh tragis yang dialami Siti Marfuah (35) warga Desa Ringin harjo Rt 03/RW 01 kecamatan Gubug kabupaten Grobogan ...
-
DEMAK MBP-News , Demak AKBP Maesa Soegriwa, S.I.K bertindak sebagai Inspektur Upacara pada upacara penurunan bendera Merah Putih dalam r...
-
Bhayangkara Perdana News, Pinrang - Hari ke-22 bulan Ramadhan, Jumat (15/5/2020) ini telah kita lalui di tengah pandemi wabah Covid-19...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar